Ilham Ferliansyah

Laki-laki, 17 July 1997

Bandar Lampung, Indonesia

Banggalah pada dirimu sendiri, meski ada yang tak menyukai. Kadang mereka membenci karena mereka tak mampu menjadi seperti dirimu.
::
Start
Ilham Ferliansyah
Shutdown

Navbar3

Minggu, 27 Agustus 2017

Makalah & PPT Bahasa Indonesia : Bahasa dan Manusia dan Perkembangan Bahasa Indonesia



MAKALAH BAHASA INDONESIA
BAHASA DAN MANUSIA
DAN
PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

























KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menkmati indahnya alam ciptaannya.solawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda habibillah Muhammad SAW yang telah menunjukkan pada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurnanya dengan bahasanya yang sangat indah.
            Penulis disini akhirnya merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang berjudul “Bahasa Manusia dan Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia” sebagai tugas mata kuliah bahasa Indonesia. Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan tentang perkembangan bahasa Indonesia yang kami mulai dari sumber bahasa Indonesia, proses pemberian nama bahasa Indonesia, peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan bahasa Indonesia serta mengapa bahasa Melayu yang dipilih sebagai sumber bahasa Indonesia.
            Penulis mengucapka banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan sara sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami dilain waktu.
















DAFTAR ISI


HALAMAN MUKA                                                                                                  i
KATA PENGANTAR                                                                                                ii
DAFTAR ISI                                                                                                              iii

BAB I PENDAHULUAN                                                                                          1
Latar Belakang                                                                                                           1
Rumusan Masalah                                                                                                      5
Tujuan                                                                                                                         5
BAB II PEMBAHASAN                                                                                           6
1.      Bahasa dan Manusia                                                                                                  6
A.    Asal Mula Bahasa                                                                                     6
B.     Misteri Asal Bahasa Manusia                                                                    8
a)      Secara Geografis                                                                           8
b)      Secara Sosiologis                                                                          11
C. Pentingnya Bahasa                                                                                     12
a)      Bahasa dan Kehidupan Sosial                                                                        14
b)      Bahasa dan Komunikasi                                                                     15
2.      Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia                                                       17
a)      Sejarah Singkat                                                                                   17
b)      Perkembangan Bahasa Indonesia                                                       18
c)      Penyempurnaan Ejaan                                                                         19
1)      Ejaan Ophuijsen                                                                            19
2)      Ejaan Republik                                                                              19
3)      Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)                                              20
4)      Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan                            20
d)     Fungsi dan Ragam Bahasa Indonesia                                                 20
e)      Sikap Masyarakat Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia              22
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                            25



BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banyak ahli purbakala memperkirakan bahwa hominoid ( mahluk yang mirip manusia) sudah ada beberapa tahun yang lalu. Mahluk itu sedikit banyak memiliki ciri-ciri fisik yang sama dengan manusia, kecuali beberapa bagian tubuh semisal ukuran otak. Diperkirakan pula satujuta tahun yang lalu hominid --- entah sama atau tidak dengan hominoid telah memiliki kebudayaan. Hal itu memberi suatu hipotesis bahwa seharusnya sudah ada bahasa yang mereka gunakan saat itu karena bahasa merupakan prasyarat bagi pewaris tradisional dan pertumbuhan bahasa. Namun, oleh sebab tidak adanya bukti yang menunjang anggapan itu dan tidak adanya data tertulis mengenai bahasa manusia saat itu, maka dilontarkanlah berbagai teori mengenai hal itu.
Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Pentingnya bahasa sebagai identitas manusia, tidak bisa dilepaskan dari adanya pengakuan manusia terhadap pemakaian bahasa dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Untuk menjalankan tugas kemanusiaan, manusia hanya punya satu alat, yakni bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan apa yang ada di benak mereka. Sesuatu yang sudah dirasakan sama dan serupa dengannya, belum tentu terasa serupa, karena belum terungkap dan diungkapkan. Hanya dengan bahasa, manusia dapat membuat sesuatu terasa nyata dan terungkap.
Era globalisasi dewasa ini mendorong perkembangan bahasa secara pesat, terutama bahasa yang datang dari luar atau bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang digunakan sebagai pengantar dalam berkomunikasi antar bangsa. Dengan ditetapkannya Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional (Lingua Franca), maka orang akan cenderung memilih untuk menguasai Bahasa Inggris agar mereka tidak kalah dalam persaingan di kancah internasional sehingga tidak buta akan informasi dunia. Tak dipungkiri memang pentingnya mempelajari bahasa asing, tapi alangkah jauh lebih baik bila kita tetap menjaga, melestarikan dan membudayakan Bahasa Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui, bahasa merupakan idenditas suatu bangsa. Untuk memperdalam mengenai Bahasa Indonesia, kita perlu mengetahui bagaimana perkembangannya sampai saat ini sehingga kita tahu mengenai bahasa pemersatu dari berbagai suku dan adat-istiadat yang beranekaragam yang ada di Indonesia, yang termasuk kita di dalamnya. Maka dari itu melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan sejarah tentang perkembangan bahasa Indonesia.




B.     Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana asal mula bahasa ?
2.      Bagainama asal mula bahasa manusia ?
3.      Bagaimana pentingnya bahasa ?
4.      Bagaimana sejarah perkembangan bahasa indonesia ?
5.      Bagaimana perkembangan bahasa indonesia ?
6.      Bagaimana penyempurnaan ejaan ?
7.      Bagaimana fungsi dan ragam bahasa indonesia ?
8.      Bagaimana sikap masyarakat terhdap penggunaan bahasa indonesia ?
C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui asal mula bahasa
2.       Mengetahui  asal mula bahasa manusia
3.      Mengetahui pentingnya bahasa
4.      Mengetahui sejarah perkembangan bahasa indonesia
5.      Mengetahui perkembangan bahasa indonesia
6.      Mengetahui penyempurnaan ejaan
7.      Mengetahui fungsi dan ragam bahasa indonesia
8.      Mengetahui sikap masyarakat terhdap penggunaan bahasa indonesia











BAB II
PEMBAHASAN

1.      BAHASA DAN MANUSIA

A.    Asal Mula Bahasa
Banyak ahli purbakala memperkirakan bahwa hominoid (makhluk yang mirip manusia) sudah ada beberapa tahun yang lalu. Makhluk itu sedikit banyak memiliki ciri-ciri fisik yang sama dengan manusia, kecuali beberapa bagian tubuh semisal ukuran otak. Diperkirakan pula satu juta tahun yang lalu hominid─entah sama atau tidak dengan hominoid telah memiliki kebudayaan. Hal itu member sutau hipotesis bahwa seharusnya sudah ada bahasa yang mereka gunakan saat itu, maka dilontarkanlah berbagai teori mengenai hal itu.

Teori pertama, yakni teori tekanan social. Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith yang menganggap bahwa bahasa timbul akibat kebutuhan manusia untuk saling memahami. Teori yang disampaikan Bapak Ekonomi Kapitalis ini tak mempersoalkan bahwa fisik manusia berkembang perlahan-lahan sehingga kemampuan berbahasanya akan berkembang secara perlahan pula. Dia melukiskan seolah-olah manusia sudah mencapai kesempurnaan fisik itu.

Teori lainnya dikemukakan oleh J.G. Harder yang mengatakan bahwa segala sesuatu (objek-objek) diberi nama sesuai dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan objek tersebut. Ada yang menantang, ada pula yang mendukung teori ini. Namun, dalam kehidupan memang ada unsur-unsur bahasa yang diciptakan manusia karena usaha meniru bunyi binatang atau gejala alam disekitarnya.

 Teori berikutnya adalah teori interjeksi. Teori ini bermakna bahwa ujaran-ujaran tertentu yang diucapkan manusia disebabkan oleh suasana hatinya (ketakutan, kegembiraan, dan sebagainya) dan ujaran-ujaran itulah yang kemudian ditiru oleh manusia yang lain. Sapir menolak teori ini karena interjeksi hanya luapan emosi yang bersifat otomatis dan sama sekali tak menyatakan emosi. Teori yang lain dikemukakan Max Muller. Dia berpendapat bahwa setiap barang (materi) di dunia ini memiliki bunyi yang khas ketika dipukul. Bunyi yang khas tersebut kemudian direspon manusia yang memiliki kemampuan ekspresi artikulatoris. Reaksi itu pada manusia separuhnya berbentuk vocal, yang dalam hal ini berbentuk tipe-tipe fonetik tertentu yang menjadi akar bagi perkembangan bahasa.

Teori lainnya adalah teori Yo-He-Ho. Teori ini dibuat oleh Noire yang didasarkan pada pekerjaan orang-orang primitif. Orang-orang itu, yang belum mengenal peralatan yang maju, akan menghadapi pekerjaan-pekerjaan yang berat tanpa peralatan itu. Agar pekerjaan itu tak terasa berat, mereka selalu bersama-sama mengerjakannya. Mereka akan mengucapkan ujaran-ujaran tertentu (bunyi-bunyi yang khas) yang dipertalikan dengan pekerjaan yang khusus itu. Oleh karena itu, bunyi-bunyi yang dikeluarkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang khusus itu akan dipakai pula untuk menyebut perbuatan itu.

Teori berikutnya diajukan Wilhelm Wundt, yakni teori isyarat. Teori ini didasarkan pada hukum psikologi, yaitu bahwa setiap perasaan manusia mempunyai bentuk ekspresi yang khusus. Setiap ekspresi dihubungkan dengan syaraf tertentu yang dapat dipakai untuk mengomunikasikan kenyataan-kenyataan itu kepada orang lain.

Teori selanjutnya adalah teori permainan vokal. Seorang filsuf Denmark, Jespersen mengemukakan bahwa bahasa manusia pada mulanya berwujud dengungan dan senandung takberkeputusan yang tak mengungkapkan pikiran apapun, sama seperti buaian ibu kepada anaknya. Bahasa tumbuh dan tak dapat dianalisis. Seiring waktu, bahasa yang masih kaku, rumit, dan kacau itu mulai bergerak menuju kejelasan, keteraturan, dan kemudahan (dan ketidakteraturan lambat-laun akan lenyap dengan sendirinya).

Teori lain yang dikemukakan Sir Richard Paget adalah teori isyarat oral. Dia berkisah bahwa zaman dahulu saat manusia mulai menggunakan peralatan tangan mereka dipenuhi dengan barang-barang itu sehingga ia tak bisa melakukan kontak dan berkomunikasi dengan orang lain melalui tangannya. Isyarat yang pada mulanya dilakukan menggunakan tangan tanpa sadar mulai tergantikan oleh alat-alat lain yang dapat menghasilkan isyarat yang lebih cermat. Pada saat itulah fungsi komunikasi digantikan oleh mulut (ucapan).

Teori kontrol sosial selanjutnya diajukan Grace Andrus de Laguna. Menurutnya ujaran adalah suatu medium yang memungkinkan manusia melakukan kerja sama. Bahasa digunakan untuk mengkoordinasi dan menghubungkan berbagai macam kegiatan manusia untuk mencapai tujuan bersama. Bahasa menjadikan kehidupan manusia (sebagai makhluk sosial) tertib dan teratur. Teori lainnya adalah teori kontaks yang dikemukakan G.Rvesz. menurutnya, hubungan social pada makhluk hidup memperlihatkan bahwa kebutuhan untuk mengadakan kontak satu sama lain tak member kepuasan antarindividu tersebut untuk mengadakan kontak emosional sehingga kepuasan yang mereka cari terpenuhi karena kedekatanya dengan orang lain (secara emosional). Hubungan lain yang penting adalah kontak intelektual yang berfungsi untuk bertukar pikiran. Teori lainnya yang menjelakan lebih menyeluruh adalah teori yang disampaikan Hocket dan Ascher. Mereka mengumpulkan informasi terkait bahasa prasejarah dan manusia primitif untuk mengetahui asal mula bahasa. Data itu mereka susun kembali dalam usaha menerangkan bagaimana terjadinya bahasa manusia.

Pada prinsipnya ahli-ahli menerima pendapat bahwa sekitar 2 sampai satu juta tahun yang lalu makhluk zaman dahulu telah memiliki semacam ‘bahasa’. Meski belum berbentuk bahasa seperti sekarang, ‘bahasa’ yang mereka gunakan mampu menjadi alat komunikasi antarmereka. Dengan memberikan contoh simulasi call (panggilan) mereka meyakini teori ini kepada dunia.


B.     Misteri Asal Bahasa Manusia
a.      Secara Geografis
Science Magazine Edisi 15 April 2011 mengungkapkan, bahasa yang digunakan oleh manusia pertama kali muncul di selatan Afrika. Dari sanalah kemudian bahasa ini menyebar ke seluruh dunia. Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homosapiens (bahasa latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi dimana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga acapkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir antara laki-laki atau perempuan. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil nalik, pemuda/pemudi, dewasa, dan (orang) tua. Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosiopolitik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga Negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh,; teman; musuh) dan lain sebagainya. Termasuk didalamnya adalah penggolongan manusia berdasarkan bahasa yang mereka gunakan.
Manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain; manusia tidak dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan manusia lain. Untuk menjalin hubungan dengan orang lain diperlukan perantara salah satunya adalah bahasa. Bahasa adalah pusat dri komunikasi antarmanusia. Kata Yahudi untuk “binatang” (behemah) berarti “bisu”, menggambarkan manusia sebagai “binatang berbicara” (kepandaian bercakap hewan). Walaupun sebenarnya tidak seratus persen benar. Binatang juga mempunyai bahasa hanya saja sebagian besar manusia tidak mengerti bahasa yang diucapkan oleh binatang. Sebagian manusia mengatakan bahwa hewan tidk mempunyai bahasa dan untuk berkomunikasi dengan hewan lain menggunakan insting dan bahasa tubuh.
Bagi manusia bahasa adalah pusat dari sentuhan identitas ‘khas’ berbagai kebudayaan dan kesukuan dan sering diceritakan mempunyai status atau kekuatan supernatural. Penemuan sistem penulisan sekitar 5000 tahun lalu, yangmemungkinkan pengabdian ucapan, merupakan langkah utama dalam evolusi kebudayaan, ilmu pengetahuan Linguistik (ilmu bahasa) menjelaskan susunan bahasa, dan keterkaitan antara bahasa-bahasa berbeda. Diperkirakan ada 6000 bahasa yang diucapkan manusia saat ini. Manusia yang kekurangan kemampuan berkomunikasi melalui ucapan, umumnya bercakap-cakap menggunakan bahasa isyarat.
Pada pertengahan bulan April 2011 para ilmuan mengklaim bahwa cikal bakal bahasa manusia pertama kali muncul di daerah selatan Afrika. Benar atau tidak itu adalah sebuah opini. Sebuah studi yang baru-baru ini dirilis menguak misteri asal muasal bahasa yang digunakan manusia. Para ilmuan mengklaim semua bahasa manusia berasal dari sumber yang sama, setelah menelusuri asal-usul percakapan manusia ke sub-Sahara Afrika sekitar 150 ribu tahun yang lalu. Science Magazine edisi 15 April 2011 mengungkapkan, bahsa yang digunakan oleh manusia pertama kali muncul di selatan Afrika. Dari sanalah kemudian bahasa ini menyebar ke seluruh dunia. Mereka sekarang percaya bahasa itu merupakan salah satu alat yang mendukung kemanusiaan dan menyebabkan kolonisasi di seluruh planet ini.
Peneliti dari Universitas Auckland, Selandia Baru, Quentin Atkinson, melakukan studi dengan menelusuri rekam jejak bahasa dengan cara memecah 504 bahasa kedalam komponen terkecilnya yang disebut sebagai fonem. Fonem berasal dari bahasa Latin, phoneme, yang berarti suara yang diucapkan. Penelitian menunjukkan semakin beragamnya fonem yang dimiliki oleh suatu bahasa menunjukan bahasa itu menjadi sumber dari bahasa-bahasa lain yang lebih sedikit memiliki fonem.
Penelitiannya sampai pada kesimpulan bahwa semakin jauh sekelompok manusia berkelana dari afrika dalam rekam jejak sejarahnya, semakin sedikit fonem yang digunakan dalam bahasa mereka. Ini mengartikan bahwa sebagaimana diprediksikan dalam studi tersebut, bahasa-bahasa di Amerika Selatan dan Kepulauan Pasifik memiliki fonem yang sedikit, sedangkan bahasa-bahasa di Afrika memiliki fonem terbanyak.
Ternyata, pola ini juga memiliki kesamaan dengan studi terhadap genetik manusia. Sebagaimana dipaparkan sebagai peraturan umum, semakin jauh seseorang keluar dari Afrika, yang dianggap secara luas sebagai asal muasal nenek moyang manusia, semakin kecil perbedaan antara individu dalam populasi kelompok individu tersebut bila dibandingkan dengan keragaman di daerah asalnya, Afrika.
Studi Atkinson ini menggunakan metode statistic mutakhir yang sama untuk mengonstruksikan pohon genetic berdasarkan urutan DNA. Mengenai penggunaan mode statistik ini dalam mencari sumber bahasa manusia, seorang ahli bahasa, Brian D. Joseph dari Universitas Ohio, mengatakan sebagai sumber wawasan baru dalam studi di bidangnya.
Sebagai informasi tambahan, studi yang dilakukan Atkinson ini unik karena berusaha menemukan akar bahasa dari waktu yang sangat lampau. Tentang umur bahasa pun masih menjadi soal perdebatan karena dilain sisi ditemukan fakta sementara bahwa umur bahasa telah mencapai 50.000 tahun. Namun, di lain sisi beberapa ahli bahasa lain juga masih skeptic dengan fakta sementara itu. Mereka menemukan faktor lain yaitu “perkembangan dari kata-kata yang sangat cepat” sehingga kemungkinan umur bahasa sendiri tidak lebih dari 10.000 tahun lamanya.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan bagaimana asal mula bahasa manusia. Sebagian teori itu menghasilkan hasil penelitian renungan yang diperkuat oleh fakta-fakta. Tetapi, suatu teori hanyalah sebuah teori yang patut menjadi bahan pertimbangan, meskipun kenyataanya adalah tetap sebuah misteri. Manusia modern berusaha memprediksi ribuan bahkan jutaan tahun yang lalu. Mana yang benar adalah merupakan misteri bagi manusia dan hanya Tuhan sajalah yangmengetahui. Manusia modern berusaha memecahkan misteri asal-usul bahasa. Banyak pendapat dan banyak opini yang juga patut kita pertimbangkan dengan bijaksana.
Bahasa adalah manifestasi pikiran manusia. Pikiran adalah kapasitas, sedangkan bahasa adalah proses operasionalisasinya. Berkembangnya bahasa selain karena proses kreasi, juga ada proses imitasi (peniruan) baik terhadap suara alam seperti benda-benda alam atau binatang, maupun suara-suara yang diprodksi oleh masyarakat lingkungan. Diantara contoh kata yang dihasilkan oleh peniruan bunyi alam (dalam bahasa Indonesia), seperti terdapat kata: bom,tas kresek, gerobak, muncrat, kentut, dan sepak. Dalam bahasa jawa: sempritan, keplok,kethak, manuk tekukur, dan manut; sedangkan dalam bahasa inggris: splash, screech, bomb, bang, rattle, hiss, dan buzz.
Aitchison menyatakan adanya kemiripan antara kemampuan manusia dengan kemampuan burung dalam memproduksi bunyi (1996:7). Hal ini bisa dipakai sebagai dasar membuat spekulasi bahwa sangat mungkin manusia meniru bunyi binatang (burung atau lainnya) pada awal mula memproduksi bunyi bahasanya. Kenyataan ini juga didukung adanya ilustrasi Tarzan, cerita tentang manusia yang dibesarkan oleh binatang di hutan. Ketika memanggil kawan-kawan binatangnya, dia mengucapkan “Auuuooo.” Barangkali ini bisa dipakai sebagai ilustrasi spekulatif bahasa manusia pada awal perkembangannya.
Jadi, menurut penulis, tahapan perkembangan adanya bahasa adalah sebagai berikut. Pertama, manusia diciptakan oleh Allah dan diberi roh, dan dengan roh itu manusia mulai mempunyai kesadaran pikiran. Kesadaran ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisiknya, yaitu otak dan alat ujar. Selanjutnya dengan kesadaran pikiran itu, manusia berinteraksi dengan lingkungannya (alam, binatang, atau manusia lain). Dalam proses interaksi itu, manusia mulanya hanya memproduksi isyarat suara-suara yang tidak sistematis, dengan meniru suara-suara alam dan binatang yang ada di sekitarnya. Lama-kelamaan ketika masyarakat saling meniru, kadang-kadang membuat isyarat suara baru, dan saling mengerti masud masing-masing pembicara-pendengar. Terja dilah kesepakatan isyarat yang mereka pakai sehingga terciptalah bahasa.
 Dasar perkembangan bahasa manusia adalah proses imitasi, kreasi, dan evolusi. Proses imitasi pada mulanya dilakukan terhadap alam sekitar, bunyi-bunyi benda, suara binatang, dan saling meniru antar anggota masyarakat. Pendapat ini konsisten dengan pandangan behaviorisme. Selain proses imitasi, dengan kemampuan akalnya, manusia juga berkreasi, dalam arti menciptakan dan mengembangkan isyarat-isyarat atau symbol-simbol bunyi baru untuk memenuhi kebutuhan komunikatifnya dalam brinteraksi dengan masyarakat. Perkembangan seperti itu, tidak sekali langsung jadi, tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama, dalam arti berkembang secara evolutif, sampai akhirnya menjadi bahasa yang relatif mapan.
b.      Secara Sosiologis
 Bahasa Indonesia adalah sebuah dialek bahasa Melayu yang menjadi bahasa resmi Republik Indonesia. Kata Indonesia berasal dari dua kata Yunani, yaitu Indos yang berarti “India” dan nesos yang berarti “pulau”. Jadi kata Indonesia berarti kepulauan India, atau kepulauan yang berada di wilayah India.
Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945. Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan  maupu melalui penyerapan dari bahasa daerah dan asing. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang induknya berasal dari bahasa Melayu Riau. Jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’, jaitoe bahasa Meljoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoerot keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe ialah alam kebangsaan Indonesia. Sebagaimkana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatra Utara, “…. Bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia”. Secara historis, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakana bahwa bahasa bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” atau diterima keadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.
C.    Pentingnya Bahasa
Manusia tidak dapat lepas dari bahasa. Terbukti dari penggunannya untuk percakapan sehari-hari, tentu ada peran bahasa yang membuat satu sama lain dapat berkomunikasi, saling menyampaikan maksud. Tak hanya bentuk lisan tentu saja bahasa juga digunakan dalam bentuk tulisan.

Pemikiran seseorang tentunya akan lebih mendapat pengakuan ketika sudah “dituliskan” sehingga orang lain yang membaca akan mengetahui apa yang ingin disampaikan seorang penulis. Pada dasarnya seluruh kegiatan manusia akan sangat berkaitan erat dengan bahasa. Entah sekedar bercakap-cakap dengan teman, atau dkegiatan formal seperti sekolah, kuliah bahkan dalam pekerjaan. Filsafat juga tidak dapat lepas dari bahasa. Banyak filsuf yang justru mengawali pemikirannya dari problem bahasa. Tentunya bahasa disini bukan berarti sekedar mempelajari tata gramatikal bahasa ataupun bahasa asing, melainkan bagaimana pengertian seseorang dapat terpengaruh ‘hanya’ dari penggunaan kata-kata atau pemikiran. Sangat penting untuk dapat tetap berpikir kritis dalam mengerti ucapan seseorang maupun teks.

Teori-teori yang berkembang dalam filsafat bahasa inilah yang kemudian menjadi alat bagi setiap orang untuk dapat lebih mengeksploitasi sebuah pemikiran, baik yang terucapkan maupun dalam bentuk teks. Mungkin akan terkesan “ah, bahasa kan sama saja dengan perbincangan sehari-hari, apa susanhnya sih? Toh, ucapan-ucapan itu bisa saja mudah dimengerti”. Memang, kesannya bahasa  tidak ada kaitannya dengan filsafat. Namun, bahasa ternyata tidak hanya mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, tetapi juga dapat menjadi hal yang kompleks. Sebuah perjanjian antarnegara juga menggunakan bahasa yang disepakati pihak-pihak yang terkait agar tercapai kesepakatan. Tanda-tanda yang hadir dalam kehidupan kita sehari-hari juga bagian dari bahasa. Contoh, rambu-rambu lalu lintas tentu akan sangat tidak efisien jika dituliskan dalam bentuk huruf. Para pengguna jalan tentu tidak akan sempat membaca tulisan-tulisan itu. Karena itu, untuk mempermudah, dibuat symbol-simbol yang dikonvensikan dan dimengerti masyarakat. Lalu, bagaimana dengan bahasa isyarat?

Ada orang-orang yang tentu tidak dapat menggunakan bahasa verbal, karena itu dibuatlah kode-kode khusus agar komunikasi tetap dapat berjalan dengan baik. Banyak kode khusus lain yang dibuat untuk mempermudah menyampaikan sebuah pesan. Bahasa verbal pun ternyata tidak dapat diartikan secara harafiah begitu saja. Ada kalanya sebuah teks atau percakapan akan menggunakan ‘kode-kode’ penyampaian, misalnya, dalam bahasa puisi atau para politikus yang menggunakan kiasan-kiasan ketika berpidato atau sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan. Dari banyaknya peran bahasa ini, kita dapat melihat bahwa mengerti bahasa bukan hal yang mudah. Harus ada kekritisan dalam menerjemahkan sebuah pesan. Inilah pentingnya peran penafsiran (interpretasi). Tanpa interpretasi, tentunya semua akan mengalir dengan datar. Nampak membosankan jika puisi dituliskan sama dengan percakapan sehari-hari. Justru symbol-simbol yang ada semakin memperindah penggunaan bahasa.

Kudera dalam bukunya The Art of Novel mengatakan bahwa manusia akhir-akhir ini memiliki kecenderungan ‘malas’ menginterpretasi segala sesuatu. Semakin maju perkembangan zaman, manusia justru semakin terlihat pasrah menerima begitu saja segala sesuatu yang hadir. Tak ada keinginan untuk mengartikan tanda-tanda disekitarnya. Akibatnya, keberagaman hidup semakin berkurang. Ada kesan ingin menyeragamkan segalanya. Menyedihkan sekali jika suatu saat semua orang menjadi ‘robot’ yang tidak memiliki keunikan masing-masing. Hal ini terjadi akibat hilangnya sense seseorang untuk berani memaknai teks.

Ada tiga tipe orang-orang yang dianggap sebagai iblis pematian makna. Tipe pertama adalah orang-orang yang selalu menertawakan ide-ide baru. Tipe-tipe orang semacam ini yang sering menjatuhkan mental seseorang yang ingin menyampaikan ide baru, dan tentu saja seperti orang-orang konservatif, mereka tidak menginginkan perubahan. Tipe kedua adalah orang-orang yang tidak mau mengartikan bahasa dan tanda yang ada. Mereka menurut begitu saja pada dogma yang disampaikan oleh tukang cerita, padahal bukan ahlinya. Hal ini sangat berbahaya terutama bagi kreativitas. Tanpa imajinasi tentunya tidak aka nada keberagaman hidup. Tipe yang ketiga adalah tipe orang-orang yang hanya meniru yang sudah ada. Ketiga tipe inilah yang seharusnya dihindari oleh setiap orang agar perkembangan bahasa, tanda, dan pemaknaan menjadi lebih beragam. Filsafat mencoba membawa bahasa pada pembahasan yang lebih kritis.



Ada beberapa pijakan yang dapat dikaitkan dengan bahasa.
1.      Akal, karena sangat erat dengan logika.
2.      Makna dan interpretasi, yang merupakan bagian yang sudah melekat dengan bahasa.
3.      Konvensi karena tanpa konvensi bahasa tidak ada artinya karena tidak dimengerti oleh semua orang.
4.      Dimensi bahasa obyektif, dapat dimengerti oleh semua untuk mengatasi ruang dan bersifat universal dan ilmiah.
5.      Intertekstualitas, bagaimana teks-teks lain saling mempengaruhi pemahaman seseorang.
Dari komponen-komponen diatas, kemudian kita dapat mencoba menganalisis sebuah teks atau tanda dengan aliran-aliran yang berkembang dari filsafat bahasa.
a.      Bahasa dan Kehidupan Sosial
Bahasa adalah suatu gejala manusiawi-umum. Tidak ada manusia tanpa bahasa dan tidak ada bahasa tanpa manusia (Dik dan Kooij, 1994: 3). Dimanapun manusia hidup, mereka menuturkan bahasa. Setiap anak dimanapun ia dilahirkan, sedikit banyak “dengan sendirinya”, belajar berbahasa dari masyarakat di mana ia dibesarkan.

Berbagai bahasa secara prinsip harus diperlakukan sama antara yang satu dan yang lain. Hal ini hanya dapat terjadi jika kita mengembangkan satu pemahaman umum mengenai sifat-sifat yang terdapat pada semua bahasa, dan jika bertolak dari pemahaman umum ini, kita menilai setiap bahasa tersendiri. Dalam kebiasaan bertutur setiap hari istilah “bahasa” juga diterapkan kepada sarana-sarana komunikasi yang dikuasai oleh binatang. Namun ada perbedaan besar, bukan hanya secara kuantitatif melainkan juga secara kualitatif antara system komunikasi hewani dan bahasa manusiawi.

Bahasa hanya hidup karena interaksi sosial. Memang, ada bahasa tul;is, tetapi bahasa itu tidak sedinamis bahsa yang dilisankan. Bahasa lisan hidup pada interaksi social. Tiap hari kita bergaul dengan sesame manusia, baik secara langsung maupun tidak. Dalam buku sosiologi, kita tahu bahwa manusia tak bisa hidup kalau hanya sendirian. Dalam pergaulan, interaksi itu sering menimbulkan perbenturan, perbenturan sosial. Perbenturan sosial itu terbentuk karena ketidakcocokan antara keinginan dan kenyataan.

Dalam interaksi social terjadi saling pengaruh. Orang yang lebih aktif akan mendominasi interaksi itu. Tak heran kita apabila sesuatu bahasa lebih banyak dipakai, kosakatanya akan terdesak oleh pemakaian bahasa yang lebih dominan.

b.      Bahasa dan Komunikasi
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan uraiannya tentang pengertian bahasa. Hamper setiap ahli berbeda-beda pendapat mengenai  pengertian bahasa itu tersendiri. Dari pendapat-pendapat tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan umum yang sama. Semua pendapat member keterangan yang sama bahwa bahasa adalah alat untuk berkomunikasi, bahwa bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar, dan bahwa bahasa itu diatur oleh suatu sistem.

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-geri badan, menunjukkan sikap tertentu. Komunikasi atau  communication berasal dari bahasa latin communis yang berarti ‘sama’. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make to common). Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (communication depends on our ability to understand one another).

Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, komunikasi bertujuan, atau komunikasi tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.

Walaupun komunikasi telah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topic ini menjadi penting khususnya pada abad XXI karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti: radio, televise, telepon, satelit, dan jaringan computer seiring dengan industrialisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkintelah memiliki departemen sendiri, yakni komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subjeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.

Komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Menurut Laswell komponen-komponen komunikasi adalah sebagai beriku.

1.      Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.
2.      Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh stu pihak kepada pihak lain.
3.      Saluran (channel) adalah media penyampai pesan kepada komunikan. Dalam komunikasi antarpribadi, saluran dapat berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara─sebagaimana pemanfaatan radio, televise, atau telepon selular yang dewasa ini kian marak digunakan oleh masyarakat.
4.      Penerima atau komunikate (receiver) adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain.
5.      Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi pesan yang disampaikannya.
6.      Aturan yang disepakati para pelaku komunikasi, yakni tentang komunikasi itu akan dijalankan.

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa dideskripsikan bahwa komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunuikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak. Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu  umum sangat ditentukan oleh langsung melelui telepon, surat, e-mail atau media lainnya media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan. Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri. Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.
Sebagai alat untu berkomunikasi, bahasa harus mampu menampung perasaan dan pikiran pemakainya, serta mampu menimbulkan adanya saling mengerti antara penutur dan pendengar atau antara penulis dan pembacanya. Merupakan serangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar, berarti hanya manusia yang dalam keadaan sadarlah yang dapat menghasilkan bunyi yang dapat disebut bahasa. Semua bunyi yang tidak dihasilkan oleh alat ucap manusia, tidak dapat disebut bahasa, walaupun bunyi tersebut dapatdipakai untuk berkomunikasi. Bunyi peluit, tambur, kentongan, dan sebagainya tidak dapat disebut bahasa (kusno, 1990:1).
Semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar tersebut, dalam konteksnya sebagai bahasa diatur oleh suatu system tertentu, yang berbeda antara satu bahasa dan bahasa yang lain. Seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dalam suatu bahasa, apabila orang tersebut menguasai sistemnya dan dilakukan dengan orang lain yang juga menguasai sistem bahasa itu. Sempurna atau tidaknya bahasa sebagai alat komunikasi umum sangat ditentukan oleh kesempurnaan sistem atau aturan bahasa dari masyarakat pemakainya. Dalam pengertian yang demikian, apabila berbicara tentang bahasa maka kita harus melihat sistem yang mengikat pemakaian bahasa tersebut.
Dari uraian diatas, maka bahasa Indonesia sebagai suatu bahasa tidak dapat keluar dari sistem yang mengikat atau mengaturnya. Kesempurnaan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi masyarakat Indonesia, juga akan ditentukan oleh kesempurnaan sistem bahasa masyarakat pemakainya, baik sistem bunyi, system pembentukan kata, maupun system pembentukan kalimat.

1.      SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA
a.      Sejarah Singkat
Secara historis bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu, yaitu salah satu rumpun bahasa Austronesia. Berdasarkan sejarah, kita peroleh keterangan bahwa pemakaian bahasa Melayu tertua kita dapati dari prasasti-prasasti yang dikeluarkan raja Sriwijaya sekitar Abad ke-7, prasasti-prasasti itu antara lain adalah Prasasti Karang Barahi. Prasasti Kata Kapur, dan Prasasti Kedudukan Bukit, yang masing-masing berangka tahun 686,686, dan 688 M. Huruf palawa dari India Selatan. Dalam masa perkembangan selanjutnya, bahasa Melayu mengalami kemajuan yang semakin mantap, sejalan dengan perkembangan kesusastraan Melayu seperti yang dirintis oleh Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi.
Pemerintah colonial Hindia Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pengawal pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pengawal pribumi dinilai lemah. Sejumlah sarana Belanda mulai terlibat dalam standarisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan disekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah “embrio” bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.
Pada awaal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Di tahun 19001, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) dibawah inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commisie voor de Volkslectuur (“Komisi Bacaan Rakyat” - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910, komisi ini di bawah pimpinan D.A. Rinkes, melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di berbagai sekolah pribumi dan beberapa intansi milik pemerintah. Perkembangan program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan… Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai “bahasa persatuan bangsa” pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Perkembangan I Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar, Sastrawan tersebut banunakan unyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata (kosakata dan istilah), morfologi (tata bentuk kata), maupun sintaksis (struktur kalimat), bahasa Indonesia.

b.      Perkembangan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terbentuk dari bahasa Melayu. Dalam proses pembentukannya, tentunya terdapat peristiwa-peristiwa penting yang melatarbelakanginya. Beberapa peristiwa penting yang dimaksud sebagaimana berikut ini:
1)      Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertama kalinya dalam siding Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.
2)      Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
3)      Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
4)      Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatangani Undang-Undang Dasar 1945, yang menetapkan bahwa bahasa Negara adalah bahasa Indonesia (UUD 1945,BAB XV, Pasal 36).
5)      Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
6)      Tanggal 16 Agustus 1972, Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan dihadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
7)      Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.kongres ini diselenggarakan dlam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dn pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga Negara bahasa Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dn benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
8)      Tanggal 28 Oktober s.d. 3 November  1988 diselanggarakan Kongres Bahasa Indonesia Vdi Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari Negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandtangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI).
9)      Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselanggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.   
c.       Penyempurnaan Ejaan
1)      Ejaan Van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Cirri-ciri dari ejaan ini yaitu (1) huruf Ï untuk membedakan antar huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seeperti dimulaÏ dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam SoerabaÏa, (2) huruf j  untuk menuliskan kata-kata jang, pajah,sajang, dsb., (3) huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe,itoe, oemoer, dsb., dan (4) tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal,  ta’, pa’, dsb.
2)      Ejaan Republik
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini juga dikenal dengan nama Ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
a.       Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
b.      Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
c.       Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
d.      Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.

3)      Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena terjadi pergolakan politik selama bertahun-tahun berikutnya, maka diurungkan peresmian ejaan ini.
4)      Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini diresmikan pemakainya pada tanggal 16 agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No.57, Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin dibakukan.
      Tabel Perubahan Ejaan
Indonesia
(pra-1972)
Malaysia
(pra-1972)

Sejak 1972
tj
ch
C
Dj
J
J
Ch
Kh
Kh
Nj
Ny
Ny
Sj
Sh
S
J
Y
Y
oe*
U
U
                                               
                                    Catatan: Tahun 1947 “oe” sudah digantikan dengan “u”
d.       Fungsi dan Ragam Bahasa Indonesia
Secara teoritis, setiap bahasa memiliki fungsi sesuai dengan kedudukan yang diberikan
Kepadanya. Fungsi bahasa pada dasarnya menyangkut nilai pemakaian suatu bahasa, yang dirumuskan sebagai tugas pemakaian bahasa yang bersangkutan di dalam kedudukan yang diberikan kepadanya. Adanya, kedudukan bahasa adalah status relatif suatu bahasa sebagai sitem lambang nilai budaya yang dirumuskan atas dasar nilai social yang dihubungkan dengan bahasa yang bersangkutan.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, misalnya, bahasa Indonesia diberi fungsi sebagai (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda latar belakang social budaya dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Melayu, Sunda, Jawa, dan sebagainya diberi fungsi  sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat penghubung antarwarga masyarakat daerah. Demikian pula, dalam kedudukannya sebagai bahasa asing di Indonesia, bahasa Arab, Inggris, Belanda, Jepang, Cina, dan sebagainya diberi fungsi sebagai (1) alat penghubung antarbangsa, (2) alat pembantu pengembangan bahasa Indonesia menjadi bahasa modern, dan (3) alat pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional.
Bahasa Indonesia diberi fungsi sebagai lambang kebanggaan nasional berarti bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang dapat menimbulkan rasa bangga setiap warga Negara Republik Indonesia yang menggunakannya.
Penjelasan megenai fungsi bahsa Indonesia sebagai identitas kebangsaan juga dapat dikemukakan sebagai berikut. Contoh gejala empiric mengenai hal ini sangat mudah ditemui. Misalnya, di luar negeri keabngsaan seseorang ternyata dapat dienali karena yang bersangkutan mengunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Artdinya; kebangsaan yang digunakannya. Jika memang demikian, gejala ini dapat dipandang sebagai realitas mengenai bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai lambang identitas kebangsaan.
Penjelasan mengenai fungsi bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda latar belakang social budaya dan bahasanya dapat dikemukakan sebagai berikut. Paling tidak fakta sejarah menunjukkan bahwa pada tahun 1928 jumlah penduduk Indonesia berkisar 60-an juta orang. Pada saat itu diperkirakan bahwa dari jumlah tersebut   sebanyak 47% adalah penutur bahasa Jawa, kemudian 14,5% penutur bahasa Sunda, 4,9% penutur bahasa Melayu, dan sisanya adalah penutur-penutur bahasa lain.
Penjelasan mengenai fungsi bahasa Indonesia alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah juga dapat dikaitkan dengan dokumensejarah Sumpah Pemuda 1928. Secara eksplisit fungsi itu dapat dilihat pada butir ketiga rumusan Sumpah Pemuda, yaitu kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Butir ketiga rumusan Sumpah Pemuda seperti itu kemudianmemungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang social budaya dan bahasanya bersatu dalam kebangsaaan, satu cita-cita, dan satu rasa, sebangsa setanah air dan senasib seperjuangan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungi sebagai alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah telah dijalankan oleh bahsa Indonesia.
Selanjutnya , dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia diberi fungsi sebagai (1) bahasa resmi kenergaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta kepeningan pemerintahan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, BAB XV, Pasal 36 disebutkan bahwa bahasa Negara adalah bahasa Indonesia. Rumusan ini mgnimplikasikan makna bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi kenegaraan. Artinya, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang dipakai dalam segala upacara, peristiwa. Dankegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari tamakan kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi.
Bahasa Indonesia juga diberi fungsi sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasionan serta kepentingan pemerintahan. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang social, budaya, dan bahasanya.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi dapat dilihat pada gejalaseabgai berikut. Dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional, misalnya bahasa Indonesia digunakan untuk menyatakan nilai-nilai social budaya daerah atau nasional. Dalam pembinaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya, bahasa Indonesia juga digunakan sebagai alat penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan nasional, dan seterusnya.
Bahasa Indonesia diapaki oleh seluruh komponen bangsa mulai dari kalangan rakyat jelata seperti buruh tani, buruh bangunan, kuli pasar, tukang copet, tukang beca, tukang ojek, kenek dan sopir angkot, dan sebagainya sampai dengan pegawai negeri, pengusaha multilevel, anggota atau pemimpin parlemen, kepala daerah, menteri Negara, dan presiden atauwakil presiden. Itulah sebabnya, mengapa mncul variasi atau ragam bahasa Indonesia.
e.       Sikap Masyarakat Terhadap Penggunaan Bahasa Indonesia
Kutipan negeri ini padamu. Begitulah kalimat singkat yang pernah digores oleh presiden pertama bangsa Indonesia, Soekarno. Walaupun begitu pendek, kalimat tersebut mengandung intisari yang begitu dalam.
Budaya adalah cirri khas yang menunjukkan karakter bagnsa. Salah satu dari unsure budaya adalah bahasa. Bahasa selalu berkembang seiring bergeraknya zaman. Kini, seluruh umat manusia di kolong langit dewasa ini hidup di era globalisasi.
Globalisasi adalah proses yang akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal dan etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global. Era globalisasi merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk dapat mempertahankan diri di tengah-tengah  pergaulan antarbangsa yang sangat rumit. Hal ini mengundang perhatian khusus yang menyangkut jati diri bangsa yang diwakili bahasa. Bahasa Indonesia adalah lambang kebanggan nasional dan lambang identitas nasional. Meski era global terus menyusup, kita harus tetap mempertahankan keberadaan bahasa Indonesia.
Layaknya dua sisi magnet, gobalisasi menyuguhkan dampk positif dan negative. Dalam dunia bahasa, globalisasi menggerogoti penggunaan bahasa pribumi. Pergeseran makna bahasa Indonesiapun terjadi. Seikap dan dampak negative muncul. Bahasa Indonesia dikenal secara luas sejal Soempah Pemoeda, 28 Oktober 1928, yang menajdikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan tak lagi Berjaya.
Dalam keudukannya seagai bahasa Negara, bahasa Indonesia diapkai dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun tulis. Namun, seiring menjamurnya budaya asing yang masuk melalui cela era global, keberadaan bahasa Indonesia mulai terusik. Fenomena negative yang masih terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut.
a.       Banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan bahasa inggris, walaupun mereka tidak menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
b.      Banyak orang Indonesia merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai bahasa Indonesia.
c.       Banyak orang Indonesia menganggap remeh bahasa Indonesia dan tidak mau mempelajarinya karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia dengan baik.
d.      Banyak orang Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah menguasai bahasa asing (ingrris) dengan fasih, walaupun penguasaan bahsa indonesianya kurang sempurna.
Akibat lanjut yang tmbul dari kenyataan-kenyataan tersebut antara lain sebagai berikut.
a.       Banyak orang Indonesia lebih suka menggunakan kata-kata, istilah-istilah, dan ungkapan-ungkapan asing, padahal kata-kata, istilah-istilah, dan ungkapan-ungkapan itu sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia, bahkan sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia.
b.      Banyak orang Indonesia menghargai bahasa asing secara berlebihan sehingga ditemukan kata dan istilah asing yang “amat asing”, “terlalu asing”, atau “hiper asing”.
c.       Banyak orang Indonesia belajar dan menguasai bahasa asing dengan baik tetapi menguasai bahasa Indonesia apa adanya.
Menyikapi fenomena tersebut, mari kita sejenak bicara sejarah. Seperti tertera di atas, dahulu ada sebuah momen besar yang kita kenal dengan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda yang terjadi pada 28 Oktober 1928 merupakan sebuah peristiwa penting dalam kisah perjalanan Bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda bukanlah hanya sekedar peristiwa penting, tetapi ia menjadi tonggak awal dimulainya era baru dalam kehidupan berbangsa. Sumpah pemuda adalah api semangat yang membakarnyali tiap nadi yang berdetak hingga menyalakan keberanian untuk mengusir penjajah, danh al initerbukti dengan mundurnya Belanda dari Negara Indonesia beberapa tahun kemudian setelah sumpah pemuda diikrarkan.
Perlu diakui, dewasa ini penggunaan bahasa Indonesia yang selalu menghadirkan ikatan emosional hampir dapat dipastikan punah, atau bahkan mungkin sudah punah. Hal ini seharusnya ckup membuat kita malu kepada diri kita sendiri. Dalam sejarah, bahasa Indonesia memiliki peran penting atas terbentuknya Negara ini, hal itu tinggalah kenangan dan hanya menjadi dongeng belaka. Bahasa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur. Bolehkah ktia menikmati hasil jerih payah apra pejuang, hidup di jaman modern, dapat melakukan hal yang sebelumnya dianggap tidak mungkin dilakukan menjadi mungkin, dan dapat beraktivitas dengan serba cepat berkat bantuan perkembangan kemajuan teknologi informasi, akan tetapi sudah selayaknya kita ingat siapa sebenarnya kita, tidak boleh melupakan asal usul, atau dari mana kita berasal.















DAFTAR PUSTAKA
Suyanto Edi.2011.Membina,Memelihara, dan Menggunakan Bahasa Indonesia Secara Benar.Ardana Media.Yogyakarta.

0 komentar: